Minggu, 15 November 2015

Alun-alun Kota Malang



Setiap Kota besar tentu nya memiliki alun-alun kota masing-masing, dengan keunikan nya tersendiri.
sekarang saya akan bahas alun-alun yang berada di Kota Malang.




sehari menjelang diresmikannya Alun-alun Kota Malang oleh Walikota Abah Anton pada Rabu (17/06) petang besok, kesiapan taman kota di Jl. Merdeka itu terlihat semakin matang. Di area taman yang masih tertutup dengan pagar seng bergelombang tersebut, tidak banyak lagi pekerja yang beraktivitas. Beberapa pekerja proyek tersebut bahkan terlihat bersendau gurau. Menandakan tidak ada lagi pekerjaan krusial yang harus diselesaikan.

Kursi Alun alun KotaJustru yang terlihat menonjol adalah beberapa petugas DKP Kota Malang yang tersebar di beberapa sudut. Ada yang mencoba menyalakan lampu-lampu taman, ada yang hilir mudik dengan gerobak sampahnya, bahkan beberapa diantara mereka terlihat memeriksa kran penyiram rumput. Pasukan kebersihan berseragam hijau tersebut ditugaskan untuk memastikan bahwa taman legendaris tersebut memang benar-benar siap untuk menyamput perhelatan besok.
Pantauan media ini di lapangan, secara umum face-of wajah Alun-alun Kota yang dikerjakan sejak pertengahan Januari lalu itu tidak terlalu banyak mereposisi titik-titik penting taman yang dibiaya dari dana CSR BRI itu. Kolam bundar plus air mancur tetap sebagai titik sentralnya, dengan bench batu alam melingkar di sisi-sisi area tersebut. Termasuk keempat akses masuk taman di masing-masing sisi tetap di pertahankan. Di kanan-kiri jalan berpaving selebar 6 m tersebut malah dilengkapi dengan beberapa kursi taman bergaya klasik. Makin menambah kesan sebagai taman yang terbuka dan bersahabat.

Kios Kuno Alun alunJuga beberapa ikon penting yang memang sejak awal dipertahankan karena nilai historikalnya. Seperti pohon-pohon Jati besar nan tua, kios kuno di keempat sudut taman tersebut, juga ratusan merpati dengan beberapa menara kandangnya yang makin terlihat cantik.
Perubahan mencolok terlihat pada beranda depan dan akses utama yang sebelumnya terletak di bagian Timur atau menghadap bagian belakang Kantor Kabupaten Malang. Kini teras utama tersebut direposisi ke sisi utara yang menghadap Kantor Pajak dan Gedung BI yang memang merupakan bangunan haritage. Apalagi pada bagian tersebut telah ada jembatan penyeberangan setinggi 6 meter yang menghubungkan dua kawasan bersejarah itu.
Beberapa fasilitas baru terlihat makin melengkapi destinasi wisata keluarga ini. Selain wahana permainan anak dan area lesehan komunitas di bagian Barat, fasilitas penggemar skateboard juga tersedia di bagian Timur. Tracking berpaving di tempat inipun terasa lbih nyaman, karena ketinggiannya tidak lagi berlevel seperti dulu.
Air mancur alun alunPuluhan lampu taman dan tempat duduk santai juga tersebar di hampir semua area taman berbudged 5,9 miliar ini. Dapat dibayangkan suasananya saat malam. Perpaduan antara permainan air mancur dan lampu hias tentu sangat menarik. Apalagi konon air mancur yang didatangkan secara khusus dari Singapore itu juga dilengkapi dengan musik ber-sound canggih. Sehingga kemudian disebut dengan air mancur menari.
So, penasaran dan ingin melihat kinyis-kinyisnya kemegahan Alun-alun Kota Malang? Datang saja pada peresmiannya besok petang! Sekalian dilanjutkan dengan tarawih malam ramadhan pertama di Masjid Jami’ yang bersebelahan dengan taman legendaris tersebut. Pasti akan menjadi pengalaman menyambut ramadhan yang paling mengesankan!






































Kamis, 05 November 2015

Tari Saman (Saman Dance) - Kosentra Group

Rabu, 04 November 2015

Gempa Tektonik di Yogyajarta 27 Mei 2006

                          GEMPA BUMI TEKTONIK BANTUL (YOGYAKARTA) 27 MEI 2006


Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terjadi gempa bumi, hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia yang terletak di jalur pegunungan pasifik(ring of fire). Selain itu juga karena wilayah Indonesia yang terletak diantara 3 lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Indo-Australia, yang selalu bergerak dan saling bertumbukan setiap saat.
Gempa bumi sendiri merupakan suatu proses pelepasan energi secara mendadak dari dalam bumi berupa getaran atau goncangan yang berlangsung sesaat dan kemudian menyebar ke segala arah.Gempa bumi dapat terjadi kapan saja, tidak tergantung pada musim tertentu. Gempa bumi juga merupakan salah satu bencana alam yang tidak bisa  di prediksikan kapan terjadinya.
Gempa bumi yang biasa terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berdasarkan penyebabnya tersebut gempa bumi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1.      Gempa Bumi Tektonik
Yaitu gempa bumi yang terjadi karena adanya aktifitas tenaga tektonik, yaitu proses pergerakan lempeng bumi.
2.      Gempa Bumi Vulkanik
Yaitu gempa bumi yang terjadi akibat adanya aktifitas vulakanik dari gunung api. Aktifitas vulakanik adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi. Keluarnya magma tersebut dikarenakan adanya tekanan yang kuat dari dalam bumi sehingga mengakibatkan getaran.
3.      Gempa Bumi Runtuhan
Yaitu gempa bumi yang disebabkan oleh runtuhnya atap-atap gua daerah karst ataupun di wilayah pertambangan.
4.      Gempa Bumi Buatan
Adalah gempa bumi yang terjadi akibat adanya aktifitas manusia, seperti peledakan dinamit ataupun nuklir.

Sebenarnya proses terjadinya gempa bumi vulkanik dan tektonik itu sama. Naiknya magma dari dalam bumi juga disebabkan oleh pergeseran lempeng yang sifatnya konvergen (mendekat). Hanya saja efek getaran yang ditimbulkan lebih karena desakan magma, sementara gempa tektonik efek yang getaran yang ditimbulkan langsung dari tumbukan antara dua lempeng.
Berdasarkan bentuk epicentrumnya, gempa bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
v  Gempa linier
Bentuk episentrum gempa jenis ini yaitu berbentuk garis. Gempa tektonik umumnya termasuk jenis gempa linear, sebab “patahan” sudah tentu merupakan suatu garis.
v  Gempa sentral
Bentuk episentrum jenis gempa ini yaitu berupa titik. Jenis gempa yang termasuk dalam gempa sentral yaiu gempa vulkanik.

Sementara berdasarkan kedalamannya, gempa bumi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:
v  Gempa bumi dalam
Gempa bumi ini berada pada kedalaman lebih dari 300 kilometer di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya, karena jaraknya yang sangat jauh dari permukaan bumi.
v  Gempa bumi menengah
Gempa ini berada pada kedalaman antara 60 – 300 kilometer km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
v  Gempa bumi dangkal
Gempa ini berada pada kedalaman kurang dari 60 kilometer km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar. Karena jaraknya yang sangat dekat dengan permukaan bumi sehingga getaran yang terjadi akan cepat merambat ke permukaan bumi dengan kekuatan yang masih cukup kuat.
Sedangkan berdasarkan letak episentrumnya gempa dapat dibedakan atas:
v  Gempa lautan
Yaitu gempa yang empisentrumnya berada di laut. Gempa lautan umumnya tidak menimbulkan kerusakan yang terlalu parah di daratan.
v  Gempa daratan
Yaitu gempa yang episentrumnya berada di daratan. Gempa ini dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah di daratan.
Gempa yang terjadi di Idonesia rata-rata episentrumnya berada di lautan, sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak terlalu parah. Namun sebenarnya gempa dengan episentrum dilautan itu menyimpan bahaya yang lebih besar, karena dapat memicu terjadinya tsunami.
Gempa Bumi Yogyakarta (Bantul)
Pada 27 Mei 2006, sabtu pagi pukul  5.53 WIB terjadi gempa bumi yang mengguncang daerah Bantul dan sekitarnya dengan kekuatan 6.2 skala ritcher, selama 57 detik. Gempa ini terjadi dalam tempo waktu yang kurang dari semenit, namun dampak yang ditimbulkan  sangatlah dahsyat. Lokasi gempa berada di koordinat 8,007° LS dan 110,286° BT pada kedalaman 17,1 km. Sedangkan posisi episenter  gempa terletak di koordinat 8,26° LS dan 110,31° BT  pada kedalaman 33 km. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa juga dapat dirasakan di Solo, Semarang, Purworejo, Kebumen dan Banyumas. Getaran juga sempat dirasakan sejumlah kota di provinsi Jawa Timur seperti Ngawi, Madiun, Kediri, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Blitar dan Surabaya.
Berdasarkan jenisnya, Gempa yang terjadi di Bantul merupakan gempa bumi tektonik yaitu gempa yang disebabkan karena pergerakan lempeng tektonik. Lempeng yang berperan dalam terjadinya gempa ini adalah lempeng pasifik dan Australia. Berdasarkan pada kedalaman episentrumnya yang berada pada kedalaman 33 KM, yang berjarak kurang dari 35 km dari Yogyakarta persis di bibir pantai, menunjukkan bahwa gempa utama pada 27 Mei 2006 adalah gempa yang tergolong dalam gempa bumi dangkal, sehingga efek getarannya pun sangat dahsyat. Sedangkan berdasar pada letak episentrumnya gempa ini tergolong gempa lautan.
Dalam gempa bumi yang terjadi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya ini, ada beberapa sesar yang berperan dalam meningkatkan daya rusak gempa yang terjadi, namun yang paling dominan adalah sesar Opak. Disekitar opak ada beberapa sesar, yang juga turut meningkatkan daya rusak gempa, yang mungkin berhubungan langsung dengan sesar Opak, atau sebagai efek tidak langsung karena menerima energi dari Sesar Opak. Ada beberapa isu tentang proses tektonik sesar Opak yang menjadi penyebab terjadinya gempa di Jogjakarta dan sekitarnya. Patahan Opak ini adalah patahan yang paling mencolok karena morfologi serta topografi yang membatasi perbukitan Karst Wonosari dengan Yogyakarta yang berada pada daerah dataran rendah. Walaupun tidak dijumpai bidang patahannya, namun Sesar Opak yang di perkirakan menjadi penyebab terjadinya gempa tersebut.
Selain sesar Opak, ada sesar lain yang ditengarai menyebabkan efek gempa hingga sampai didaerah timur Yogyakarta, yaitu sesar Dengkeng, Sesar Dengkeng berada di sebelah utara dari perbukitan Wonosari yang memiliki arah Barat-Timur.
Dampak Yang di Timbulkan
Besarnya skala gempa yang terjadi menyebabkan banyak kerugian. Gempa Bantul merupakan salah satu bencana alam yang memakan korban besar setelah peristiwa Stunami di Meulaboh. Selain itu jumlah total kerusakan dan kerugian karena gempa ini diperkirakan senilai US$ 3,1 miliar (CGI, 2006). Yang terkena dampak paling parah adalah rumah-rumah, sehingga menyumbangkan lebih dari setengah dari total  jumlah kerugian dan kerusakan.  Diperkirakan 154.000 rumah hancur total dan 260.000 rumah mengalami beberapa kerusakan.  Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah total gabungan dari rumah-rumah yang perlu direkonstruksi dan diperbaiki di daerah-daerah di Indonesia yang terkena bencana tsunami 26 Desember 2004 dan gempa Nias 28 Maret 2005. Selain itu gempa ini juga memakan korban jiwa yang sangat banyak 5.176 orang meninggal dan antara 37.000 sampai dengan 50.000 orang terluka.Daerah yang mengalami dampak paling parah adalah Kabupaten Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dimana 47.000 rumah hancur, dan Kabupaten Klaten di Provinsi Jawa Tengah, dimana 66.000 rumah hancur.
Pendapat Penulis
Menurut saya, berdasarkan penjelasan diatas, gempa bantul memang merupakan gempa bumi tektonik yang terjadi akibat adanya pergerakan lempeng yang saling bertumbukan, yaitu antara lempeng  Pasifik dengan lempeng Indo-Australia. Gempa di bantul juga merupakan salah satu gempa bumi dengan kekuatan goncangan yang cukup kuat, getarannya dapat dirasakan tidak hanya di wilayah Yogyakarta saja. Untuk menangguangi bencana gempa diperlukan respon yang cepat dari pihak pihak yang berwajib sehingga para korban bencana dapat segera mendapat bantuan.

Tsunami Nanggroe Aceh Darussalam 26 Desember 2004

                      TRAGEDI TSUNAMI NANGGROE ACEH DARUSSALAM








Peristiwa yang sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh. Gempa bumi dan Tsunami Aceh pada hari Minggu pagi, 26 Desember 2004. Kurang lebih 500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh merupakan korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan banguan hancur lebur, ribuan pula mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan secara masal.



Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini berkekuatan 9,3 menurut skala Richter dan dengan ini merupakan gempa Bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.



Kepanikan ini terjadi dalam durasi yang tercatat paling lama dalam sejarah kegempaan bumi, yaitu sekitar 500-600 detik (sekitar 10 menit). Beberapa pakar gempa mengatakan menganalogikan kekuatan gempa ini, mampu membuat seluruh bola Bumi bergetar dengan amplitude getaran diatas 1 cm. Gempa yang berpusat di tengah samudera Indonesia ini, juga memicu beberapa gempa bumi diberbagai tempat didunia.




Gempa yang mengakibatkan tsunami menyebabkan sekitar 230.000 orang tewas di 8 negara. Ombak tsunami setinggi 9 meter. Bencana ini merupakan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara dengan jumlah kematian terbesar.

Kekuatan gempa pada awalnya dilaporkan mencapai magnitude 9.0. Pada Februari 2005 dilaporkan gempa berkekuatan magnitude 9.3. Meskipun Pacific Tsunami Warning Center telah menyetujui angka tersebut. Namun, United States Geological Survey menetapkan magnitude 9.2. atau bila menggunakan satuan seismik momen (Mw) sebesar 9.3.



Kecepatan rupture diperkirakan sebesar 2.5km/detik ke arah antara utara - barat laut dengan panjang antara 1200 hingga 1300 km. Menurut Koordinator Bantuan Darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1/2005) mencapai 127.672 orang.

Namun jumlah korban tewas di Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sebenarnya tidak akan pernah bisa diketahui, diperkirakan sedikitnya 150.000 orang. PBB memperkirakan sebagian besar dari korban tewas tambahan berada di Indonesia. Pasalnya, sebagian besar bantuan kemanusiaan terhambat masuk karena masih banyak daerah yang terisolir.





Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh.



Menurut U.S. Geological Survey korban tewas mencapai 283.100, 14.000 orang hilang dan 1,126,900 kehilangan tempat tinggal. Menurut PBB, korban 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas. Tsunami Samudra Hindia menjadi gempa dan Tsunami terburuk 10 tahun terakhir.



Di Indonesia, gempa dan tsunami menelan lebih dari 126.000 korban jiwa. Puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatera. Di Banda Aceh, sekitar 50% dari semua bangunan rusak terkena tsunami. Tetapi, kebanyakan korban disebabkan oleh tsunami yang menghantam pantai barat Aceh.



Pemerintahan daerah Aceh lumpuh total, saat terjadi gempa bumi dan Tsunami Aceh, kebetulan di Jakarta sendiri sedang di adakan acara Halal Bi Halal masyarakat Aceh pasca menyambut lebaran Idul Fitri. Gempa Bumi yang terjadi pada jam 08:00 WIB dengan 9 Skala Richter Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa Bumi dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Tepat jam 09:00 WIB satu persatu masyarakat Aceh yang hadir di Istora Jakarta panik karena hubungan telepon seluler ke Aceh putus total, mata mereka pada berkaca-kaca.
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang hadir mengatakan,” Aceh dalam musibah besar, saya baru dapat kabar terjadi gempa bumi di Aceh, banyak bangunan rusak semoga tidak lebih parah dari gempa papua sebesar 6,4 SR.”
Kita ketahui beberapa saat menjelang gempa bumi di Aceh telah terjadi gempa bumi pada 26 November 2004, Gempa sebesar 6,4 SR mengguncang Nabire, Papua tercatat 30 orang tewas.


Gempa Bumi Sumatera Barat

Gempa Bumi di Sumatera Barat
Budi Sunandar

PADANG - Gempa bumi berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR), di Sumatera Barat, pada 30 September 2009, merupakan bencana besar yang tidak akan terlupakan. Berbagai kenangan yang menyayat hati mengenai peristiwa itu masih berbekas hingga kini.

Gempa yang meluluhlantakan ranah minang, itu terjadi pada pukul 17.16 WIB, dilepas pantai Sumatera, sekitar 50 Km barat laut Kota Padang. Sebanyak 1.128 orang dinyatakan tewas dalam peristiwa itu.

Seluruh korban jiwa terdapat di tiga kota, dan empat kabupaten, di Sumbar. Ribuan rumah warga mengalami rusak berat, sedang, dan ringan. Saat itu, situasi sangat memperihatinkan.

Lima tahun telah berlalu, masyarakat Sumbar, telah bangkit dari keterpurukan. Berjuta harapan pun kembali dibangun. Kendati syok akibat peristiwa itu terus membekas dalam ingatan. Kehidupan harus terus berjalan.

Sadar dengan kenangan pahit warganya, Pemerintah Kota (Pemkot) Padang mengambil inisiatif mendirikan tugu dan museum gempa, pada 30 September 2010, di Jalan Bundo Kanduang, Kota Padang. Di tugu ini, kenangan pahit masyarakat dikubur. Terdapat sebanyak 1.128 nama korban jiwa akibat gempa 7,6 SR yang diukir di monumen ini.

Tak jarang, setiap tahunnya, monumen ini didatangi oleh keluarga korban gempa. Termasuk kalangan jurnalis di Sumbar yang datang ke lokasi ini guna mengenang keluarga, rekan, dan saudara mereka yang meninggal akibat peristiwa tersebut.

Begitu juga di museum gempa, sebanyak 50 ribu foto disimpan di dalam museum gempa ini yang menggambarkan betapa dahsyatnya bencana alam yang menimpa ranah minang kala itu.

Monumen ini selain untuk membangun tradisi tulisan, juga meninggalkan catatan fakta sejarah, kala semua bangunan sudah direhab atau diganti, ketika musim berubah dan jalan pikiran beralih dari monumen tersebut.

Melalui tugu dan monumen itu, diharapkan para generasi yang akan datang dapat melihat semangat masyarakat Sumbar untuk bangkit dari keterpurukan pasca gempa.

Meletus Gunung Kelud Kediri Jawa Timur 19 Mei 1919

          Gunung Kelud (Kediri Jawa Timur), meletus 19 Mei 1919. Korban 5.115 orang.



Letusan tahun 1919 merupakan bencana terbesar yang dihasilkan oleh
aktivitas gunung Kelut pada abad ke 20, yang mengakibatkan sekitar 5160 orang meninggal. Letusan terjadi pada  tengah malam antara tanggal 19 dan 20 Mei 1919 yang ditandai dengan suara dentuman amat keras bahkan terdengar sampai di Kalimantan.
Hujan  abu menyebar akibat tiupan angin terutama ke arah timur. Di Bali hujan abu terjadi pada tanggal 21 Mei 1919. Dari perhitungan endapan abu dapat ditaksir bahwa sekitar 284 juta m3 abu terlemparkan, jumlah ini setara dengan sekitar  100 juta m3 batuan andesit. Secara keseluruhan diperkirakan 190 juta m3material telah keluar dari perut gunung Kelud.

Tsunami Ende, Flores-Nusa Tenggara Timur 12 Desember 1992

Tsunami Ende, Flores-Nusa Tenggara Timur, 12 Disember 1992. Korban 2100 orang

Gempa bumi berkekuatan 7,8 Mw terjadi pada di lepas pantai utara bagian timur Pulau Flores, Indonesia, jam 05:29 GMT (13:29 waktu setempat) pada tanggal 12 Desember 1992. Getaran ini juga dirasakan di pulau Bali, 700 km ke barat. Gempa ini juga memicu serangkaian tsunami, yang sampai di pantai Flores hanya dua menit setelah gempa pertama, dan mencapai setiap bagian dari pantai utara
dalam waktu lima menit. Pusat gempa berada terletak sekitar 35 km barat laut Maumere, yang merupakan kota terbesar di pulau Flores. Patahan yang diakibatkan gempa terbentang antara pusat gempa di dekat Tanjung Batumanuk dan Tanjung Bunga, di ujung timur laut pulau. Panjang sesar adalah sekitar 110 km, dan lebar adalah sekitar 35 km. Lebih dari 1.000 gempa susulan yang direkam oleh tim survei lapangan dari Jepang selama periode panjang minggu dari 30 Desember-5 Januari. Pantai di sebelah barat Tanjung Batumanak itu terangkat, dengan pergeseran antara dari 5 -. 1.1m Subsidence terjadi di sisi timur, mencapai 1.6m di desa Kolisia (terletak 25 km barat laut Maumere)
Secara total gampir 2.000 orang meninggal dan 18.000 rumah rusak akibat tsunami. Hal yang menarik dari kejadian di Pulau Babi  ini adalah korban tewas berjenis kelamin perempuan hamper dua kali lipat dari yang berjenis kelamin laki-laki

Taman Film Bandung

Taman Film

Untuk mencari "yang hijau-hijau" di kota besar tidaklah mudah. Pada umumnya, para penghuni kota harus meluangkan waktu pergi ke luar kota dan pedesaan yang lokasinya kebanyakan berada jauh dari perkotaan.

Namun, kini warga Kota Bandung punya alternatif baru untuk menyegarkan mata di dalam kota sendiri. Mereka cukup dengan mengunjungi Taman Film yang lokasinya berada di kolong jalan layang Pasupati, Tamansari, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung.

Taman yang diluncurkan oleh Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, Minggu (15/9/2014), ini memiliki desain unik dengan dominasi warna hijau yang menyegarkan mata. Bak di pedesaan, beton-beton yang berfungsi sebagai kursi penonton dibentuk menyerupai terasering persawahan. Tempat duduk terasering ini dikabarkan mampu menampung hingga 600 orang penonton.

Repro dok.pribadi Kompasianer Fajr Muchtar
Sejumlah foto saat peluncuran Taman Film Bandung, Minggu (14/9/2014).


Tidak hanya tempat duduk yang berwarna hijau, ada bagian lain dari Taman Film Bandung yang cukup menarik. Bagian itu adalah karpet rumput sintetis yang berada di bagian bawah tempat duduk terasering. Di atas rumput sintetis yang juga berwarna hijau ini, pengunjung bisa bermain, duduk lesehan, atau bahkan tidur-tiduran tanpa takut kotor.

Meski tidak dilarang, banyak warga dan anak-anak yang sengaja melepas alas kaki mereka untuk bermain dan bersantai di atas rumput itu. Pengunjung tidak perlu takut panas matahari yang menyengat dan guyuran hujan karena taman ini terlindung berkat jalan layang Pasupati yang melintang tepat di atasnya.

Walaupun di taman ini hanya ada sedikit pepohonan yang tidak terlalu besar, suasana teduh dan nyaman dengan embusan angin sepoi-sepoi sedikit demi sedikit bisa menghadirkan rasa kantuk.

Beberapa orang mungkin mengira kalau taman yang lokasinya berada di kolong jalan layang ini akan terasa tidak nyaman dengan suara bising kendaraan yang melintas di atasnya. Namun, ternyata hal tersebut tidak berpengaruh banyak.

Gaung teriakan riang anak-anak yang bermain di atas rumput sintetis hijau mampu mengalahkan bisingnya kendaraan yang melintas. Tidak perlu khawatir untuk masyarakat yang tidak memiliki dana besar. Pasalnya, fasilitas umum ini tidak dipungut biaya, bahkan pengunjung bisa menonton film atau pertandingan sepak bola yang ditayangkan di layar videotron di taman ini.

Taman Film Bandung memiliki luas 1.300 meter persegi. Sebagai yang pertama di Indonesia, taman ini dilengkapi dengan teknologi videotron raksasa berukuran 4 x 8 meter. Layar raksasa ini nantinya berfungsi sebagai pemutar film atau pertandingan sepak bola, khususnya pertandingan tim Persib Bandung.

Penonton pun akan dimanjakan dengan sound system berkualitas baik yang didukung daya listrik 33.000 watt. Anggaran untuk membangun Taman Film ini mencapai Rp 1 miliar. Dana tersebut tidak menggunakan APBD Kota Bandung.

Taman Fotografi Bandung



TAMAN FHOTOGRAFI

Sebelum menjadi Taman Fotografi taman ini bernama Taman Cempaka. Di Bandung banyak sekali komunitas, salah satunya adalah komunitas fotografi. Pemerintah kota Bandung memberikan space khusus bagi mereka para pecinta fotografi untuk kopdar dan saling berbagi pengalaman

Di taman ini sering diadakan even yang berhubungan dengan dunia fotografi. Untuk kamu yang kebetulan mempunyai hobby fotografi dan ingin menambah wawasan dan teman, datang ke Taman Fotografi ini adalah pilihan yang wajib dicoba

Taman Lansia

                                                    Wisata Taman Lansia Bandung




 Wisata Taman Lansia Bandung - yoshiewafa - Taman ini terletak di Jl. Cisangkuy Bandung dan biasaanya di gunakan sebagai tempat olah raga maupun rekreasi keluarga atau hanya ingin duduk santai saja. Taman Lansia juga merupakan sebuah taman kota yang lokasinya berada di sebelah kanan Gedung Sate Bandung. Taman Lansia adalah singkatan dari Taman Lanjut Usia, dan menjadi salah satu sarana refreshing dan istirahat untuk warga kota Bandung ataupun warga luar Bandung yang sedang berkunjung ke Bandung. Walaupun namanya Taman Lansia, taman ini juga banyak dikunjungi Penduduk Bandung yang tidak lanjut usia, termasuk seperti anak muda Bandung. Mereka berkumpul untuk refreshing di sini baik baik itu untuk acara keluarga, rekreasi makan bersama, ataupun hanya sekedar menikmati lingkungan yang asri.

Ketika Hari Sabtu, Minggu, atau hari libur lainnya, Taman Lansia ini ramai dikunjungi oleh mereka yang berolah raga pagi sambil menikmati sejuknya udara Bandung di pagi hari. Sebagian mereka hanya sekedar jalan-jalan ataupun berkumpul dengan keluarganya.

Hari Minggu di Taman Lansia


Hari Minggu di Taman Lansia
Taman Lansia
Taman Lansia
Wisata Taman Lansia Bandung

Taman Pustaka Bunga Bandung

Taman Pustaka Bunga
Tak jauh dari Taman Lansia, bersebelahan dengan SMA Negeri 20 Bandung terdapat Taman Bunga Kandaga Puspa. Taman ini dulunya dikenal sebagai taman cilaki sempat tidak terawat namun setelah taman ini diresmikan pada tanggal 30 Desember 2013 lahan hijau ini semakin tertata rapih dengan banyak tanaman beraneka ragam lengkap dengan bunga berwarna-warni.



Sebelum memasuki gerbang, terdapat tata tertib yang harus diperhatikan pengunjung seperti; dilarang membawa dan makan makanan, dilarang membawa binatang peliharaan, dilarang buang sampah sembarangan dan hanya dikhususkan untuk para pejalan kaki sehingga sepeda/kendaraan dilarang masuk. Parkir kendaraan roda dua memang tidak luas untuk mobil biasanya parkir di sekitar area jl. Cisangkuy dan Cilaki, namun lebih disarankan bagi pengunjung untuk berjalan kaki dari rumah, lebih sehat dan anti macet :)

Setelah melewati gerbang masuk, pengunjung akan diminta mengisi buku tamu, dan tentu saja masuk kesini tidak dipungut biaya sama sekali, didekat buku tamu disediakan kotak donasi untuk pemeliharaan taman yang sifatnya suka rela.

Sejak masuk gerbang suasana taman ini terasa sejuk dan asri karena dikelilingi pohon-pohon rindang dan bunga-bunga berbagai jenis dan warna disetiap mata memandang. Bangku taman tersebar disetiap beberapa meter hampir sama seperti yang ada di Taman Lansia. Penerangan yang digantung disetiap batang pohon. Tong sampah terbagi 3 jenis yaitu kaleng, kertas dan plastik juga sama tersebar dimana-mana.

Taman ini memiliki potensi sebagai taman edukasi, hampir setiap tanaman diberi papan nama yang menjelaskan nama umum dan nama latinnya, jadi pengunjung bisa jalan-jalan menikmati pemandangan bunga sekaligus menambah wawasan flora mereka.





Taman Alun-alun Bandung

Satu lagi area di pusat Kota Bandung yang kini tampak lebih cantik penampilannya. Taman Alun Alun Bandung yang merupakan salah satu bagian Pusat Kota Bandung kini berpenampilan lebih segar, rapi dan hijau. Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pada hari Selasa (30/12) telah meninjau penataan Taman Alun-Alun Bandung yang diresmikan pada hari Rabu (31/12), sekitar pukul 09.00.
                                                                             

Peresmian Taman Alun-alun ini berada tepat di pelataran Masjid Raya Jawa Barat dihadiri oleh 400 siswa siswi PAUD, dan warga kota Bandung yang turut diundang untuk menghadiri dengan Kostum khas Rebo Nyunda.
Taman Alun-alun ini kini memiliki hamparan taman dari rumput sintetis memang membutuhkan perawatan ekstra untuk tetap dapat membuatnya tetap cantik, bersih dan hijau. Penataan Taman Alun-alun sendiri yang merupakan aset PemKot Bandung ini merupakan salah satu usaha pemerintah untuk menciptakan alam perkotaan di Kota Bandung lebih bersih dan asri.
Direncanakan untuk tahap finishing, tinggal menyelesaikan penambahan granit di bekas pagar, jembatan, dan rumput sintetis di arah eks gedung Palaguna, demikian penuturan Arief  Prasetya selaku Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bandung.

Salah satu keunikan di taman ini adalah, bagi siapapun yang akan masuk ke taman Alun Alun Bandung ini harus melepaskan alas kaki, baik itu sepatu atau sendal, sehingga taman yang dilapisi rumput sintetik ini dapat tetap dijaga kebersihannya. Taman ini akan menjadi sebuah taman yang nyaman dan asri untuk dinikmati oleh para pengunjung, baik yang datang perorangan maupun yang datang bersama keluarga. Taman dengan hamparan warna hijau ini akan terasa lebih nyaman jika masyarakat dapat bersama-sama bertanggung jawab dan memiliki kesadaran tinggi akan menjaga kebersihan di lingkungan ini.
Berbagai upaya penataan keindahan kota Bandung telah dilakukan, termasuk di dalamnya pembuatan beberapa Taman Tematik di berbagai area kota Bandung. Kota Bandung yang menjadi salah satu kota Pariwisata Internasional kini terus mempercantik diri.

Tarian-tarian Papua Barat dan Tengah

                                              Tari-tarian Daerah Papua Barat dan Tengah

Tari Suanggi adalah tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini mengisahkan seorang suami ditinggal mati istrinya yang menjadi korban angi-angi (jejadian). Dari sekian banyak karya seni budaya di nusantara ini, masih sedikit referensi atau catatan yang merincikannya dengan detail, di antaranya adalah tentang keberadaan tari Suanggi.Jika kita lihat dari deskripsinya, tari suanggi adalah bentuk ekspresi masyarakat Papua Barat tentang kekentalan nuansa magis di daerah tersebut.    

 Beberapa tarian di Papua, cenderung terkesan berawal dari gerakan ritual dan upacara keagamaan. Seperti halnya  tari suanggi. Tarian semacam ini biasanya berawal dari ritual, seperti tari perang,
tarian dukun untuk menyembuhkan atau mengusir penyakit. Karl Jaspers menyebut pengalaman-pengalaman yang bisa memunculkan krisis eksistensi ini sebagai situasi batas, dan di antaranya yang paling penting ialah pengalaman menghadapi peristiwa kematian.


Tari Perang adalah salah satu nama tarian yang berasal dari Papua Barat. Tarian ini melambangkan kepahlawanan dan kegagahan rakyat Papua. Tarian ini biasanya dibawakan oleh masyarakat pegunungan. Digelar ketika kepala suku memerintahkan untuk berperang, karena tarian ini mampu mengobarkan semangat.

Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki jumlah keragaman adat, suku dan budaya yang terbanyak. Dari hasil pengumpulan data oleh tim yang dibentuk kepala Dinas Kebudayaan dan Provinsi Papua dan setelah di seleksi dan ditetapkan melalui seminar yang melibatkan tokoh Adat, tokoh Agama, tokoh Perempuan, tokoh Pemuda dan tokoh Masyarakat mewakili 7 wilayah adat yaitu: Wilayah Adat Mamta, Wilayah Adat Saireri, Wilayah Adat Bomberai, Wilayah Adat Domberai, Wilayah Adat Ha-Anim, Wilayah Adat La-Pago, Wilayah Adat Mi-Pago, ternyata sebanyak 248 suku. Penetapan jumlah 248 suku asli ini merupakan data informasi sementara dan terbaru.

Dari keragaman jumlah ini, kita bisa membayangkan betapa kaya akan sumber penelitian bagi para akademisi antropologi, budayawan, seniman dll. Dalam dunia seni pertunjukan, perkembangan tari di Indonesia berhubungan erat dengan perkembangan masyarakat. James R. Brandon (1967) membagi perkembangan pertunjukan di Asia Tenggara dapat dibagi menjadi 4 periode yaitu: Periode pra-sejarah, sekitar 2500SM-100M. Periode masuknya kebudayaan India, 100-1000. Periode masuknya pengaruh Islam, 1300-1750. Periode masuknya negara barat, 1750-akhir perang dunia ke-2.

Dilihat dari segi antropologi budaya di Papua, dan analisis perkembangan seni tari di Asia Tenggara, Tari Perang dari masyarakat Papua Barat ini mengarah pada karya seni pertunjukkan periode prasejarah. Masyarakat Papua, hingga hari ini tetap menjaga dan melestarikan tarian ini sebagai bentuk penghormatan terhadap nenek moyang dan harga diri sebuah bangsa atau suku. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan masyarakat dan keseniannya tidak merupakan perkembangan yang terputus satu sama lain, melainkan saling berkesinambungan. Mereka percaya bahwa sejak dahulu nenek moyang masyarakat Papua selalu berharap, bahwa budaya yang telah diwariskan kepada setiap generasi tidak luntur, tidak tenggelam dan tidak terkubur oleh berbagai perkembangan zaman yang kian hari kian bertambah maju. Seperti halnya budaya tarian-tarian yang telah mereka ciptakan dengan berbagai gelombang kesulitan, kesusahan dan keresahan tidak secepat dilupakan oleh generasi berikutnya.

Banyak catatan yang mengisahkan peperangan antar suku di Papua pada jaman pra-sejarah, seperti tarian perang Velabhea, yaitu tarian yang mengisahkan perang suku di Sentani. Masyarakat Papua menggunakan tarian perang untuk memberi dorongan spiritual dalam menghadapi peperang. Namun seiring perkembangan zaman dan peraturan pemerintah yang melarang keras adanya peperangan antar suku, tarian ini kini hanya menjadi tarian penyambut tamu undangan.

Tarian perang Papua ini termasuk dalam tarian grup, atau bahkan bisa menjadi tarian kolosal. Karena tidak ada batasan jumlah penari. Seperti umumnya tarian di Papua, tarian perang pun diringi tifa dan alat musik lainnya, yang menjadi pembeda adalah lantunan lagu-lagu perang pembangkit semangat. Dengan mengenakan busana tradisional, seperti manik-manik penghias dada, rok yang terbuat dari akar, dan daun-daun yang disisipkan pada tubuh menjadi bukti kecintaan masyarakat Papua pada alam.

Tarian-tarian Jawa Timur

Provinsi Jawa Timur memiliki beragam kekayaan seni dan budaya. Secara lingkup wilayah kultural, provinsi ini terbagi menjadi beberapa wilayah gagrak (gaya) kebudayaan, yaitu Jawa Mataraman atau Kulonan di bagian barat, Jawa Pasisiran di bagian utara dan barat laut, Arek atau Wetanan di bagian tengah dan timur, serta kebudayaan Madura dan Osing masing-masing di wilayah Kepulauan Madura dan Kabupaten Banyuwangi. Juga ada kebudayaan Tengger di wilayah Dataran Tinggi Tengger, serta kebudayaan Bawean di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Berbagai bentuk kekayaan seni dan budaya tersebut bermacam-macam, seperti seni drama, sastra, ritual, busana adat, seni bangunan, seni tari, dan sebagainya.


Untuk seni tari, berbagai wilayah kebudayaan di Jawa Timur memiliki tarian daerah khasnya masing-masing. Mungkin sebagian besar orang menganggap Reog Ponorogo adalah tarian maskot Jawa Timur. Namun selain Reog, salah satu tarian yang sangat familiar bagi masyarakat Jawa Timur. Tarian itu adalah Tari Remo.

Tari Remo (atau terkadang disebut juga Remong) adalah sebuah tarian yang lahir dari kawasan budaya Arek, di bagian pusat Jawa Timur. Dalam sejarahnya, Tari Remo ini diciptakan oleh orang-orang yang berprofesi sebagai penari keliling (tledhek) di Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Pada perkembangan selanjutnya, seiring berkembangnya kesenian Ludruk di tengah masyarakat sekitar abad ke 19, Tari Remo digunakan menjadi tarian pembuka dari pentas pertunjukan Ludruk. Sebelum seorang pemain Ludruk membawakan kidungan dan parikan, Tari Remo ditampilkan sebagai pembuka dan ucapan selamat datang bagi para hadirin yang menyaksikan. Begitu lekatnya Ludruk dengan Tari Remo, sehingga kedua produk seni tersebut menyatu menjadi sebuah paket pertunjukan yang masing-masing tidak bisa dipisahkan. Setelah Indonesia merdeka, lambat laun fungsi dan posisi Tari Remo semakin berkembang. Tari Remo kini sering digunakan sebagai tarian penyambutan tamu-tamu istimewa, seperti pejabat, delegasi asing, dan lain sebagainya.
.
Awalnya, Tari Remo adalah tarian yang khusus dibawakan oleh kaum pria. Hal ini berkaitan dengan cerita atau tema dari Tari Remo itu sendiri. Tari Remo bercerita tentang kepahlawanan seorang pangeran yang berjuang dalam medan pertempuran. Untuk itu, sisi maskulin dalam Tari Remo sangat ditonjolkan. Namun dalam perkembangannya, banyak kaum perempuan yang tertarik untuk belajar dan membawakan Tari Remo, bahkan kini Tari Remo banyak ditarikan oleh perempuan. Walaupun demikian, busana ala pria yang digunakan sebagai kostum Tari Remo tidak banyak diubah, meski yang menarikannya seorang perempuan.


Karakteristik yang paling utama dari tata gerak Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya bandul-bandul (binggel) yang dipasang di pergelangan kaki. Bandul lonceng ini berbunyi saat penari melangkah atau menghentakkan kakinya di panggung. Selain itu, ciri khas yang lain adalah gerakan melempar selendang atau sampur secara cepat dan dinamis, gerakan anggukan dan gelengan kepala, ekspresi wajah, serta kuda-kuda penari membuat tarian ini menjadi semakin atraktif.

Tata busana Tari Remo sendiri bermacam-macam menurut wilayah kebudayaan dan siapa yang menarikannya. Gaya-gaya busana Tari Remo adalah gaya Surabayan, Malangan, Jombangan, Sawunggaling, dan Remo Putri. Dalam gaya busana Surabayan, aksesori yang dikenakan terdiri atas ikat kepala merah (udheng), gelang kaki berbandul (binggel), baju tanpa kancing yang berwarna hitam dengan gaya kerajaan pada abad ke 18, celana sebatas pertengahan betis yang dikait dengan benang emas, kain batik (jarik) gaya Pasisiran yang menjuntai hingga ke lutut, setagen yang diikat di pinggang, serta keris yang diselipkan di belakang. Penari juga memakai dua selendang, yang mana satu dipakai di pinggang dan yang lain disematkan di bahu, dengan masing-masing tangan penari memegang tiap ujung selendang.


Busana Tari Remo Surabayan

Untuk gaya busana Malangan pada dasarnya juga sama dengan busana gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni pada celananya yang panjang hingga menyentuh mata kaki serta tidak disemat dengan benang emas. Gaya Jombangan, sebagai gaya asli dari Tari Remo, busana yang dipakai sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan yakni penari hanya mengenakan rompi khas prajurit Jawa abad pertengahan. Jelas sekali bahwa busana Tari Remo gaya Jombangan hanya untuk dibawakan oleh kaum pria.

Lain lagi dengan gaya busana Sawunggaling. Sawunggaling sendiri diambil dari nama Raden Mas Tumenggung Sawunggaling, tokoh legendaris dari Surabaya. Sebuah legenda dari abad ke 17 mengisahkan bahwa Tumenggung Sawunggaling adalah adipati Surabaya yang berhasil mengusir pasukan kompeni pimpinan Jenderal de Boor dari Surabaya. Busana gaya Sawunggalingan terilhami dari kisah kepahlawanan Tumenggung Sawunggaling itu sendiri. Pada dasarnya busana gaya Sawunggalingan sama dengan gaya Surabayan, namun yang membedakan adalah penggunaan kaus putih berlengan panjang sebagai ganti dari baju hitam ala kerajaan.

Sementara untuk busana Tari Remo gaya putri memiliki ciri khas sendiri, walaupun secara garis besar penggunaan pakaian dan aksesoris hampir sama dengan busana gaya pria. Namun dalam perkembangannya, penari Remo Putri juga memakai sanggul dan cunduk mentul, memakai mekak hitam untuk menutup bagian dada, memakai rapak untuk menutup bagian pinggang sampai ke lutut, serta hanya menggunakan satu selendang saja yang disemat di bahu. Remo Putri yang seperti itu sering disebut sebagai Tari Beskalan, yang terutama berkembang di wilayah Kabupaten Malang.


Busana Tari Remo Putri atau Tari Beskalan

Irama musik yang mengiringi Tari Remo ini adalah seperangkat gamelan, yang biasanya terdiri atas bonang barung atau babok, bonang penerus, saron, gambang, gender, slenthem, siter, suling, kethuk, kenong, kempul, dan gong. Gamelan yang digunakan sama seperti gamelan yang digunakan untuk mengiringi pentas pertunjukan Ludruk, menggunakan laras slendro. Kecuali untuk Remo Putri yang sudah berkembang menjadi Tari Beskalan, gamelan yang digunakan menggunakan laras pelog.

Adapun jenis irama yang sering dibawakan untuk mengiringi Tari Remo adalah irama Jula-Juli dan Tropongan, namun dapat pula berupa gending Walangkekek, Gedok Rancak, Krucilan atau gending-gending kreasi baru. Berbeda dengan tari-tarian Jawa yang lain, Tari Remo hanya diiringi dengan instrumen tanpa seorang waranggana atau sinden yang membawakan tembang. Jika Tari Remo dibawakan sebagai pembuka pertunjukan Ludruk, penari biasanya juga menyanyikan sebuah lagu di tengah-tengah tariannya. Dilihat dari hal tersebut, tentunya selain prigel menari, penari Remo juga harus mahir dalam seni olah suara.

Berkat nuansa kemegahan yang ditampilkan dari gaya busana, irama gamelan yang mengiringi, dan serta gerakan dinamis dan gagah dari Tari Remo, membuat tarian ini terkesan eksklusif dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Jawa Timur. Tari Remo yang semula hanya ditarikan oleh satu orang penari saja, lambat laun kemudian ditarikan pula oleh beberapa orang dalam sebuah pentas, yang menjadikan Tari Remo semakin indah karena memiliki pola koreografi tersendiri. Bahkan di era sekarang, di beberapa kota di Jawa Timur, khususnya Jombang dan Surabaya, sering diadakan Festival Remo Massal sebagai event tahunan, selain juga untuk menarik minat wisatawan agar berkunjung ke kota tersebut.

Dibutuhkan kecekatanan dan konsentrasi penuh bagi penari jika membawakan Tari Remo. Gerakan yang berubah-ubah dalam tempo waktu yang cepat, melempar dan memutar-mutar selendang, serta ketukan irama hentak kaki, semuanya harus dilakukan dengan baik. Gerak cepat dan gagah dari Tari Remo sendiri melambangkan keperkasaan, kepiawaian, dan kesaktian kesatria Jawa tempo dulu.

Banyak sekolah-sekolah di Jawa Timur, khususnya di wilayah budaya Wetanan seperti Surabaya, Jombang, Malang, Pasuruan, dan sekitarnya, menjadikan Tari Remo sebagai salah satu bidang ekstrakurikulernya. Tarian ini sangat diminati oleh generasi muda, terbukti dengan pekan seni atau lomba Remo yang banyak diramaikan oleh penari generasi muda.

Sebagai sebuah tarian yang sangat dibanggakan masyarakat Jawa Timur, eksistensi Tari Remo untuk saat ini memang tidak dalam keadaan mengkhawatirkan. Karena masih sangat banyak generasi muda yang mau belajar, atau paling tidak bangga dengan keberadaan Tari Remo. Beberapa waktu yang lalu, di sebuah festival kebudayaan di Surabaya, sempat disinggung sebuah jargon “Dudu arek Suroboyo lek gak seneng Ngremo !”, yang berarti “bukan anak Surabaya jika tidak suka Tari Remo”. Hal ini menandakan begitu lekatnya Tari Remo dengan masyarakat budaya Wetanan, sehingga Remo menjadi maskot bagi wilayah budaya tersebut. Dan tentunya, menilik karakter dari masyarakat budaya wetanan (khususnya Surabaya) yang sangat membanggakan daerah asalnya, masyarakat daerah ini sudah pasti bangga jika Tari Remo terus lestari, bahkan berkembang hingga ke daerah lain di luar Jawa Timur.

Harapannya, Tari Remo sebagai salah satu produk seni budaya asli Jawa Timur akan tetap lestari sepanjang zaman. Meskipun kondisi eksistensi Tari Remo di masyarakat masih sangat bagus, namun tak dapat dipungkiri, sangat diperlukan regenerasi yang tak henti agar tari ini terus lestari. Selain itu, dengan promosi yang memang sudah bagus, pemerintah daerah tidak boleh lengah dan harus kian berinovasi dalam mempromosikan Tari Remo, khsusnya pada warga luar Jawa Timur bahkan mungkin turis mancanegara. Para seniman tari juga harus memiliki inovasi tinggi dalam berkreasi, agar Tari Remo tetap eksis di tengah roda perputaran zaman yang kian hari kian maju.

Untuk berpartisipasi melestarikan Tari Remo sangatlah mudah. Syukur-syukur jika kita gemar dan mau mempelajari Tari Remo. Namun jika kita tak memiliki minat dan bakat dalam bidang tari, kita tak perlu bersusah payah untuk belajar Tari Remo. Hanya dengan turut bangga serta mau menyaksikan pertunjukan Tari Remo, itu sudah sama dengan kita ikut andil dalam melestarikan keberadaan Remo. Terlebih lagi jika kita mempromosikan Tari Remo kepada masyarakat di seluruh Indonesia bahkan hingga mancanegara, bahwa inilah Tari Remo, kebanggaan Jawa Timur.

Tarian-tarian Jawa Barat

 20 TARIAN-TARIAN 
     DARI JAWA BARAT

1.Tari Topeng

Secara historis, pertunjukkan tari topeng diawali di Cirebon tepatnya pada abad ke-19 yang dikenal dengan Topeng Bahakan. Menurut T. Tjetje Somantri (1951) daerah Jawa Barat antara lain Sumedang, Bandung, Garut dan Tasikmalaya pada tahun 1930 didatangi oleh rombongans topeng berupa wayang wong dengan dalangnya bernama Koncer dan Wentar. Berdasarkan data historis inilah teori awal munculnya tari topeng ke Jawa Barat (Priangan) ditetapkan sebagai awal perkembangan Tari Topeng Priangan.

Bentuk pertunjukkan tari topeng dibedakan atas dua bentuk pertunjukan yaitu topeng Cirebon dan Topeng Priangan. Adapun bentuk pertunjukkan Tari Topeng Cirebon memiliki bermacam-macam bentuk yaitu :

•Topeng Babarang / Baragan

•Topeng Hajatan / Dinaan

•Topeng Ngunjung

•Topeng Kuputarung

Sedangkans topeng Priangan hanya tersaji dalam satu bentuk saja yang lebih bersifat entertaintment (hiburan)

Susunan penyajian tari topeng pun memiliki perbedaan. Tari Topeng Cirebon memiliki lima bagian penyajian yaitu : Panji, dilakukan pada bagian pertama, karakteristiknya halus atau lungguh, memakai kedok yang berwarna putih

•Pamindo/Samba : menggambarkan seorang raja yang menginjak dewasa yang serba ingin tahu, gerakannya enerjik, lincah dan penuh dinamika

•Rumyang : menggambarkan seseorang yang beranjak dewasa dan serba ingin tahu terhadap lingkungan sekitarnya. Gerakannya lincah, lembut, tegas dan terputus-putus dengan kedok berwarna merah jambu (pink)

•Tumenggung/Patih : karakteristik Tumenggung adalah gagah. Tarian ini dilatarbelakangi oleh kisah Tumenggung Magang Diraja yang diutus untuk menaklukkan Jinggananom. Kedok yang harus digunakan oleh tokoh Tumenggung adalah Slasi, Drodos dan Sanggan. Sementara tokoh Jinggananom memakai kedok Tatag Prekicil, Peloran dan Mimis

•Kelana/Rowana: menggambarkan personalitas raja yang gagah dan angkara murka. Kedok yang digunakan berwarna merah tua atau kecoklatan. Dengan ciri khas berkumis dan berjambang tebal, serta memakai mahkota susun emas.

Didalam pertunjukkan topeng Cirebon yang utuh, terdapat beberapa macam kedok bodor yang juga ikut ditampilkan, antara lain kedok tembeb, pentul dan dayun.

Adapun susunan Tari Topeng Priangan mencakup tiga watak yaitu :

•Tari Topeng Tumenggung, menggambarkan watak seorang pejabat tinggi yang karismatik, berpengaruh dan disegani masyarakat sekitarnya.

•Tari Topeng Kencana Wungu, menggambarkan karaktek yang lincah dan dinamis, dengan kedok berwarna telor asin.

•Tari topeng kelana : menggambarkan karakter yang enerjik dan kasar.

2.TARI WAYANG

Tari wayang mulai dikenal masyarakat pada masa kesultanan Cirebon pada abad ke-16 oleh Syekh Syarif Hidayatullah, yang kemudian disebarkan oleh seniman keliling yang datang ke daerah Sumedang, Garut, Bogor, Bandung dan Tasikmalaya.

Berdasarkan segi penyajiannya tari wayang dikelompokkan menjadi 3 bagian antara lain :

1.Tari Tunggal yaitu tarian yang dibawakan oleh satu orang penari dengan membawakan satu tokoh pewayangan. Contoh : Tari Arjuna, Gatotkaca, dll

2.Tari berpasangan, yaitu tarian yang dibawakan oleh dua orang penari atau lebih yang keduanya saling melengkapi keutuhan tariannya, contoh : Tari Sugriwa, Subali dll.

3.Tari Massal yang berjumlah lebih dari satu penari dengan tarian atau ungkapan yang sama. Contoh : Tari Monggawa, Badaya.

Tari wayang memiliki tingkatan atau jenis karakter yang berbeda misalnya karakter tari pria dan wanita. Karakter tari wanita terdiri dari Putri Lungguh untuk tokoh Subadra dan Arimbi serta ladak untuk tokoh Srikandi.

Sedangkan karakter tari pria terdiri dari :

•Satria Lungguh untuk tokoh Arjuna, Abimanyu, dan Arjuna Sastrabahu.

•Satria Ladak Lungguh untuk tokoh Arayana, Nakula dan Sadewa

•Satria Ladak Dengah/Kasar untuk tokoh Jayanegara, Jakasono, Diputi Karna dan sebagainya

•Monggawa Dengah/Kasar seperti Baladewa dan Bima

•Monggawa Lungguh seperti Antareja dan Gatotkaca

•Denawa Raja seperti Rahwana dan Nakula Niwatakawaca.

Secara garis besar, jika dilihat dari segi koreografinya tari wayang memiliki tiga gerakan utama yaitu :

Pokok ialah patokan tarian, gerak tersebut antara lain adeg-adeg, jangkung ilo, mincid, keupat, gedut, kiprahan, tindak tilu, engkek gigir, mamandapan, dan calok sembahan

Peralihan ialah gerak sebagai sisipan yang digunakan sebagai peralihan dari gerak satu ke gerak yang lainnya. Misal cindek, raras, trisi dan gedig. Khusus ialah gerak secara spesifik yang terdapat pada tari tertentu.

3.TARI KURSUS

Berdasarkans etimologinya, arti kata khusus berasal dari Bahasa Belanda Curcus yaitu belajar secara teratur. Tari Kursus merupakan perkembangan dari tari Tayub yang tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum bangsawan tempo dulu.

Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan Wirahmasari pimpinan R. Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung. Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang diajarkan secara sistematis dan mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara membawakannya. Disamping itu tari kursus juga mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi dan kaya akan pokabuler gerak.

Berdasarkan bentuk penyajiannya tari kursus dibagi kedalam 5 tahapan yakni :

1.Tari Lenyepan : karakternya lembut, halus, selaras dengan Satrias Lungguh.

2.Tari Gawil : karakternya lanyap atau ladak selaras dengan Satria Dangah

3.Tari Kawitan : karakternya lenyep atau lanyap dan Ponggawa.

4.Tari Gunungsari : karakternya ponggawa lungguh

5.Tari Kastawa : karakternya agung

Tatanan gerak tari kursus dapat dibagi kedalam lima kelompok yang terdiri dari :

1.Gerak Pokok : rangkaian dari gerak unsur, penghubung dan peralihan

2.Gerak Unsur : sikap-sikap yang terdiri dari kesatuan bentuk-bentuk yang terdapat pada kaki, lengan, kepala, leher, bahu, badan dan mata

3.Gerak Penghubung : menghubungkan bentuk sikap yang satu untuk mencapai bentuk atau sikap lainnya

4.Gerak Peralihan : menyangkut perpindahan adegan terutama pada gerak-gerak pokok yang satu kepada yang lain

5.Gerak Pelengkap : gerak sisipan yang memperindah gerak dan sikap.

Karawitan yang digunakan dalam penyajian tari kursus adalah gamelan pelengkap dengan laras Salendro atau Pelog. Waditranya terdiri dari saron satu dan dua, seperangkat kendang, demung, kenong, rebab, gambang, bonang, rincik, penerus, peking, kecrek, selentem, kempul dan gong besar. Pada umumnya jenis lagu yang dibawakan yaitu lagu ageung, opat wilet naek lagu kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.

4.Tari Jaipongan

Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

5.Tari Merak

Tari Merak, adalah sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.

6.Tari Topeng Kuncaran

Tari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

7.TARI TOPENG CISALAK

Topeng Cisalak (masuk kategori kanda wetan=berbahasa Sunda) merupakan salah satu jenis kesenian masyarakat sunda. Topeng Kinang Putra yang berada di Kampung Curug, Desa Cisalak Kecamatan Cimanggis Kabupaten DT II Bogor merupakan salah satu contoh topeng Cisalak yang legendaris. Perkumpulan topeng ini dipimpin oleh Dalih bin Djiun ini. Perkumpulan topeng lainnya yang ada di Kabupaten Bekasi, Jakarta, Tangerang dll merupakan turunan atau pecahan dari kelompok Topeng Kinang Putra.

Waditra yang digunakan sangat sederhana : rebab atau sulung, kendang, terbang, kromong, kecrak. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu priangan. Selain menyajikan lagu topeng ini juga menampilkan berbagai lakon: lawakan dan drama rumah tangga.

Meskipun Topeng Cisalak dikatakan juga sebagai Topeng Betawi tapi tidak berarti kesenian ini berasal dari Betawi (DKI Jakarta). Kesenian ini merupakan sebagian dari khazanah kesenian masyarakat Sunda Jawa Barat. Hanya karena daerah pementasan dan bahasa yang digunakan adalah bahasa dan dialek Betawi maka disebut Topeng Betawi.

8.TARI TOPENG BABAKAN

Adalah pertunjukan jenis kesenian topeng yang ditanggap oleh seseorang hanya untuk macam Tarian Topeng tertentu (Perbabak). Terdapat di Cirebon dan sekitarnya merupakan jenis seni tari rakyat di Jawa Barat.

Satu Tarian Topeng berarti Satu Babak, Dua Tarian Topeng berarti Dua Babak. Biasanya yang paling di senangi adalah Tari Topeng Kalana yang gagah, kedoknya berwarna merah, dengan penampilan yang garang atau beringas.

Pada pertunjukkannya, mungkin juga dibubuhi dengan Tari Topeng Bodor. Umpamanya; kalau yang dimaksud Tari Topeng Kalana itu adalah menggambarkan Rahwana yang murka dan Gandrung, maka Panakawannya adalah Togog. Dia menghibur rajanya yang sedang kasmaran, mabuk kepayang, merindukan Dewi Sinta. Togog oleh Rahwana dirangkul, sebab pandangan Rahwana bahwa dihadapannya adalah Dewi Sinta. Di sinilah para penonton tertawa tergelak-gelak, melihat adegan yang lucu tersebut.

9.TOPENG DINAAN

Adalah jenis Ibing (tari) Topeng yang menyebar di Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Majalengka, Jawa Barat. Pertunjukkannya sehari suntuk (sedina/sadinten). Dipertunjukkan setela pementasan Wayang Kulit pada upacara Babarit.

Selain sebagai pelengkap setelah upacara Babarit, Topeng Dinaan pun di pertunjukkan pada acara selamatan, khitanan, pernikahan bahkan pada pesta kenegaraaan atau hari-hari penting lainnya.

Dalam topeng dinaan disajikan tari topeng watak yang terdiri dari: Tari Topeng Panji, melambangkan manusia yang berkelakuan baik, bersih seperti bayi baru lahir. Tari Topeng Panji berwatak Lungguh (tenang); Tari Topeng Pamindo melambangkan orang beranjak remaja, berwatak Ganjen (lincah); Tari Topeng Rumiang baru beranjak akan dewasa, berwatak agak ganjen ; Tari Topeng Tumenggung, melambangkan orang yang sudah dewasa, berwatak mapan (mempunyai keyakinan); Tari Topeng Kalana melambangkan orang yang sudah mempunyai waktu, berwatak garang.

Untuk memperpanjang waktu pagelaran, pertunjukannya diselingi oleh Bodor (lawakan) dengan Ibing Topeng Bodor, yang kadang-kadang pula disertai oleh Nayaga uang muncul di pentas dan pada sat ini penari utama beristirahat.

Tari Topeng Bodornya yaitu Pentul (laki-laki) dan Nyo (wanita) yang muncul pada adegan terpisah. Pada Tari Tumenggung disertai oleh Tari Jinggaanom yang bersifat agak jenaka

10.Tari Srimpi

Suatu jenis tari klasik dari daerah Yogyakarta yang selalu dibawakan oleh 4 penari, karena kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Hanya pada Srimpi Renggowati penarinya ada 5 orang. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata “impi” atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi.

Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu :

1. Grama ( api)

2. Angin ( Udara)

3. Toya (air)

4. Bumi ( Tanah)

Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan nafsu manusia.

11.Tari Gambyong

Tarian Klasik ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah yang menggambarkan sifat-sifat wanita yang diungkapkan dalam gerak halus, lembut lincah dan terampil. Meskipun begitu sebagai seorang wanita tetap menonjolkan keluwesannya. Nama tari Gambyong disesuaikan dengan nama gending yang mengiringinya. Contoh : Gambyong Gambirsawit, Gambyong Pareanom, dan Gambyong Pangkur.

12.Bedhaya Ketawang

Bedhaya Ketawang adalah juga salah satu tarian tradisional yang datang dari SOLO dan Jogja ( Pulau Jawa bagian Tengah). Kita sering lihat tarian ini dalam beberapa aktivitas seperti suatu upacara penobatan raja, festival atau pertunjukan. Bedhaya Ketawang dimainkan oleh 9 penari. Masing-Masing penari mempunyai tugas dan nama khusus. Nama mereka adalah Batak ( penari pertama), Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, dan Boncit.

Tarian ini pada umumnya ditemani oleh Musik Jawa Orkes yang disebut Gamelan. Gamelan ini dinamai Gamelan Kyai Kaduk Manis yang terdiri dari dari banyak instrumen musik seperti kendhang Ageng ( kendhang besar), Kendhang Ketipung, Kenong, dan kethuk

13.Seni Barong Blora,

merupakan salah satu kesenian rakyat yang sangat populer di kalangan masyarakat Blora. Alur cerita bersumber dari hikayat panji. Di dalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan seperti spontanitas, sederhana, keras, kompak yang dilandasi kebenaran. Kesenian barongan berbentuk tarian kelompok yang terdiri dari tokoh Singo Barong, Bujangganong, Joko Lodro/Gendruwon. Jaranan/Pasukan Berkuda, serta prajurit.

14.Tari Aplang

merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Banjarnegara. Dahulu Tari Aplang digunakan untuk syiar Agama Islam. Aplang berasal dari kata ndaplang yang berarti tangan digunakan seperti gerakan silat. Tarian ini ditarikan oleh remaja putra-putri dengan diiringi rebana, bedug, kendang dan nyanyian syair salawatan. Kostumnya model Islam Jawa yang indah dipandang mata. Kembali ke Jatidiri Bangsa Kabupaten Banjarnegara.

15.Tari Loro Blonyo.

Tari Loro Blonyo merupakan gambaran Dewi Sri dan saudaranya Dewa Sadana. Dewi Sri adalah Dewi pelindung padi dan pemberi berkah serta merupakan lambang kemakmuran. Dewa Sadana adalah Dewa sandang pangan. Pada saat sekarang, kedua dewa dan dewi tersebut sudah sirna dari bumi pertiwi dan menetap di Tirta Kedasar. Sepeninggal mereka keadaan bumi pertiwi makin terpuruk. Bencana, malapetaka serta huru-hara terjadi di mana-mana. Atas petunjuk Dewa Wisnu agar keadaan kembali aman tenteram maka kedua dewa dewi tersebut harus dikembalikan. Hal tersebut tidak mudah karena untuk mendapatkan mereka harus berhadapan dulu dengan raksasa penunggu negara Tirta Kedasar. Semar akhirnya bisa membawa kembali mereka dan bumi pertiwi kembali pulih. Untuk mensyukuri keberhasilan tersebut dibunyikan kothekan lesung yang berirama magis. Tepuk tangan buat Karanganyar.

16.Tari Bambangan Cakil

Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah.[1] Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang Kulit yaitu adegan Perang Kembang.[1] Tari ini menceritakan perang antara ksatria melawan raksasa.[1] Ksatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan bringas.[1] Didalam pementasan wayang Kulit, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga.[1] Perang antara Ksatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang.[1]

Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan, keangkara murkaan pasti kalah dengan kebaikan.

17.Tari Bondan

adalah tari yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. seorang anak wanita dengan menggendong boneka mainan dan payung terbuka, menari dengan hati-hati di atas kendi yang diinjak dan tidak boleh pecah. Tarian ini melambangkan seorang ibu yang menjaga anak-anaknya dengan hati-hati.

Tari ini dibagi menjadi 3, yaitu Bondan Cindogo, Bondan Mardisiwi, dan Bondan Pegunungan/ Tani. Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi melambangkan seorang ibu yang menjaga anaknya yang baru lahir dengan hati-hati dan dengan rasa kasih sayang . Tapi Bondan Cindogo satu-satunya anak yang ditimang-timang akhirnya meninggal dunia. Sedang pada Bondan Mardisiwi tidak, serta perlengakapan tarinya sering tanpa menggunakan kendhi seperti pada Bondan Cindogo.

Di tahun 1960an, Tari Bondan adalah tari unggulan atau tari wajib bagi perempuan-perempuan cantik untuk menunjukkan siapa jati dirinya. Hampir semua penari Tari Bondan adalah kembang kampung. Tari Bondan ini juga paling sulit ditarikan karena sambil menggendong boneka, si penari harus siap-siap naik di atas kendi yang berputar sambil memutar-mutarkan payung kertasnya. Penari Tari Bondan biasanya menampilkan Tari Bondan Cindogo dan Mardisiwi memakai kain Wiron, memakai Jamang, baju kutang, memakai sanggul, menggendong boneka, memanggul payung, dan membawa kendhi. Untuk gendhing iringannya Ayak-ayakan diteruskan Ladrang Ginonjing. Sedangkan Bondan Pegunungan, melukiskan tingkah laku putri asal pegunungan yang sedang asyik menggarap ladang, sawah, tegal pertanian. Dulu hanya diiringi lagu-lagu dolanan tapi sekarang diiringi gendhing.

Ciri tarian

:yaitu mengenakan pakaian seperti gadis desa, menggendong tenggok, memakai caping dan membawa alat pertanian. Bentuk tariannya pertama melukiskan kehidupan petani kemudian pakaian bagian luar yang menggambarkan gadis pegunungan dilepas satu demi satu dengan membelakangi penonton. Selanjutnya menari seperti gerak tari Bondan Cindogo atau Mardisiwi.

18.Beksan Wireng

berasal dari kata Wira (perwira) dan ‘Aeng’ yaitu prajurit yang unggul, yang ‘aeng’, yang ‘linuwih’. Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang.

Ciri-ciri tarian ini :

— Ditarikan oleh dua orang putra/i

— Bentuk tariannya sama

— Tidak mengambil suatu cerita

— Tidak menggunakan ontowacono (dialog)

— Bentuk pakaiannya sama

— Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending sampak/srepeg, hanya iramanya/temponya kendho/kenceng

— Gending satu atau dua, artinya gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang

— Tidak ada yang kalah/menang atau mati.

c. Tari Pethilan : hampir sama dengan Tari Wireng. Bedanya Tari Pethilan mengambil adegan / bagian dari ceritera pewayangan.

Ciri-cirinya :

— Tari boleh sama, boleh tidak

— Menggunakan ontowacono (dialog)

— Pakaian tidak sama, kecuali pada lakon kembar

— Ada yang kalah/menang atau mati

— Perang mengguanakan gendhing srepeg, sampak, gangsaran

— Memetik dari suatu cerita lakon.

Contoh dari Pethilan :

— Bambangan Cakil

— Hanila

— Prahasta, dll.

19.Tari Dolalak, di Purworejo.

Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung, rebana, kendang, kencer, dllnya. Menurut ceritadata:text/mce-internal,, kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas ke daerah lain

Tari ini berasal dari Yogyakarta. Pertama dipentaskan di Surakarta pada upacara perkawinan KGPH. Kusumoyudho dengan Gusti Ratu Angger tahun 1910. Selanjutnya mengalami persesuaian dengan gaya Surakarta. Tari ini menggambarkan cara-cara berhias diri seorang gadis yang baru menginjak masa akhil baliq, agar lebih cantik dan menarik. Macam-macamnya :

— Golek Clunthang iringan Gendhing Clunthang

— Golek Montro iringan Gendhing Montro

— Golek Surungdayung iringan Gendhing Ladrang Surungdayung, dll.

Tarian-tarian di Daerah Jakarta

Jakarta memiliki cukup banyak tarian tradisional yang hidup dan berkembang dalam kebudayaan masyarakat aslinya, yakni masyarakat Betawi. Tarian Betawi terbentuk dari proses asimilasi berbagai kebudayaan, seperti Melayu, Arab, Cina, Portugis, India, dsb. Tarian Betawi juga mempunyai ciri khas sendiri, yaitu penggunaan suara musik pengiring yang riang serta gerakan-gerakan tari yang dinamis. Di bawah ini ada lima jenis tarian Jakarta yang paling populer untuk Anda ketahui.


1. Tari Topeng Betawi

Tari Topeng cukup lama dikenal dan berkembang dalam masyarakat Betawi. Tarian ini merupakan paduan aspek tari, musik, dan teater. Penggunaan topeng dalam tarian ini didasarkan atas kepercayaan dahulu masyarakat Betawi bahwa topeng mempunyai kekuatan magis yang dapat menolak bala, bahkan menghilangkan rasa duka. Oleh karenanya, Tari Topeng biasanya dipentaskan untuk memeriahkan pesta-pesta penting, misalnya pada acara pernikahan dan khitan.

2. Tari Yapong

Tari Yapong pertama kali diperkenalkan pada tahun 1977 dalam rangka mempersiapkan acara ulang tahun kota Jakarta ke-450. Tari Yapong telah diciptakan oleh Bagong Kussudiarjo. Nama tari ini berasal dari bunyi nyanyian lagunya “ya, ya, ya”  dan alunan musik yang berbunyi “pong, pong, pong.” Gerakan tarian ini sangat dinamis dan gembira sehingga sering dipentaskan dalam acara-acara sambutan.

3. Tari Cokek

Tarian khas Betawi ini ditarikan berpasangan dan sangat kental dengan budaya etnik Cina. Kata cokek sendiri berasal dari bahasa Cina cukin yang berarti selendang yang dipakai para penari wanitanya guna menarik pasangannya. Tarian Cokek ini diiringi oleh musik Gambang Kromong dan ciri khasnya adalah goyangan pinggul yang dinamis.

4. Tari Lenggang Nyai

Tari Lenggang Nyai juga sering disebut sebagai tari Lenggang Betawi. Tarian ini telah diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998 hingga tarian ini bisa dianggap masih baru. Tarian ini didasarkan pada cerita rakyat setempat, yakni tentang Nyai Dasimah yang telah berhasil keluar dari perkawinan yang merenggut kebebasannya. Seperti Tari Cekok, Tari Lenggang Nyai juga banyak dipengaruhi oleh budaya Cina. Sekelompok gadis belia berjumlah 4 atau sampai 6 orang biasanya yang membawakan tarian ini dan sering dipentaskan pada acara-acara resmi penyambutan tamu penting atau pernikahan.

5. Tari Japin

Tarian ini merupakan adaptasi dari Tari Zapin yang dipengaruhi oleh budaya Arab adan Melayu. Konon, pengubahan kata zapin menjadi japin dikarenakan kebiasaan masyarakat Betawi menyebut kata Z dengan huruf J. Tari Japin diiringi oleh musik dan lagu Betawi, yang terdiri dari alat musik gambus dan marwas. Keunikan Tari Japin Betawi ini dilihat dari kelincahan para penarinya yang melompat-lompat dan biasanya ditarikan secara berpasangan.

Tarian-tarian di Banda Aceh

Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki Seni tari tradisional yang menarik dan populer, hal ini menunjukkan kreativitas anak bangsa di aceh, meskipun jauh dari ibu kota dan merupakan salah satu wilayah paling ujung yang berbatasan langsung dengan Negara lain.
Aaceh atau dikenal dengan sebutan Nangro Aceh Darusalam, memilki kultur dan seninya yang khas, sehingga hal ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri yang menjadi nilai wisata di aceh. Tarian di aceh ini dapat disajikan sebagai sebuah paket wisata, sebab disini tersedia SDM yang kreatif yang benar-benar memahami dan menggemari kesenian Aceh yang ada. Selain itu juga didukung oleh
pemain-pemain seni tari yang penuh didikasi mau belajar dengan sungguh-sungguh untuk keperluan penyajian paket wisata budaya.


Dari berbagai budaya yang ada di aceh, seni tari merupakan salah satu budaya yang sangat populer dari wilayah ini yang mampu mewakili eksisteni seni di nusantara, tidak hanya itu, seni tari dari aceh sering kali dipertunjukkan di berbagai wilayah mancanegara. Seni budaya dimiliki ini menjadi paket-
paket yang sangat menarik karena memperlihatkan ke khasannya tersendiri, proses pengolahannya menuntut kemampuan estetika dan pandangan kedepan yang sesuai dengan landasan ideal masyarakat dan tidak meyimpang dari ciri-ciri kepribadian masyarakat aceh yang islami dan tidak menyimpan dari spirit keislaman dan ini terlihat jelas dalam berbagai tarian, baik sedati saman, debus, ranup lampuan dan taraian tradisional lainnya.Adapaun Seni Tari dari Aceh antara lain sebagai berikut :

Tari Saman
Tari Saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh islam bernama Syeh Saman ,beliau menciptakan syairnya dengan menggunakan bahasa arab dan bahasa aceh dengan iringan gerakan –gerakan tangan dan syair yang dilagukan membuat seuasana menjadi gembira, gerakan tepukan dada,tepukan diatas lutut, mengangkat tangan secara bergantian dengan gerakan dan kecepatan yang serasi menjadi ceri khasnya.

 
Tari Laweut
Laweut berasal dari kata Seulawet , sanjungan pada Nabi Muhammad S.A.W tari ini di persembahkan oleh delapan orang wanita yang disebut juga seudati iring. Tari ini di pergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan dalam keagamaan pendidikan dan pembangunan.


Tari Tarek Pukat
Tari ini merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir aceh yaitu membuat jarring “pukat” dan menangkap ikan dengan jaring ditengah laut. Suasana menarik pukat dengan harapan mendapat ikan yang banyak dinyatakan dengan semangat kerja keras da riang gembira yang sekali-kali terdengar teriakan senang pawang laut.


Tari Cangklak
Tari memgemalisasikan perempuan-perempuan cantik gemulai, energik dan sedikit genit dengan berbagai aksesoris yang dipakai dalam mengelilingi lekuk tubuh anggunnya, serta pelengkap busana yang senantiasa digunakan dan indetik dengan perempuan seperti payung, kipas, sapu tangan, perpaduan gerak dan tarian yang laku di aceh dengan tarian khas melayu dari daerah timur aceh.


Tari Meusago
Meusago disini diartikan bersudut, bersegi dan berujung begitu lengkapnya persoalan yang di hadapi dan ibadah manusia dengan manusia, dengan bermacam kehidupan yang dihadapi dan ibadah atau hubungan dengan Tuhan, ide garapan tari ini sebagai syimbol gotong royong dan persaudaraan merupakan wujud dari persatuan, satu kipas barang bermakna tapi menakala bersamaan d paparkan menjadi satu manfaat bagi kehidupan.


Rapai Daboh
Rapai Daboh yaitu suatu permainan ketangkasan atau kekebalan. Permainan Rapai Daboh terdiri dari seorang syekh yang bergelar “Khalifah”, beberapa orang penabuh rebana (rapai), dan beberapa pemain rencong atau senjata tajam lainnya, dimana saat mereka sedang menabuh rebana memukul rapainya sambil bernyanyi dengan lagu-lagu tertentu terus menikam-nikam anggota badan dengan sehebat-hebatnya, kadang-kadang rencongnya menjadi bengkok, yang semuanya berada dibawah pimpinan/pengawasan khalifah. Apa sebab tubuh mereka tidak dimakan senjata, hal ini menurut mereka oleh karena suatu keyakinan bahwa yang berkuasa hanya Khalik (Tuhan) sedangkan makhluk sama-sama tidak berkuasa; jadi besi makhluk dan manusia pun makhluk. Pada waktu para penabuh rapai sedang memukul rebana sehebat-hebatnya, maka para pemain rencong memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas, sedikit pun tidak boleh bergoyang, dan kalau goyang pastilah senjata akan makan tubuh mereka.



Tari Seudati
Seudati adalah perpaduan antara seni suara dan seni tari. Seni Seudati adalah jenis kesenian yang diciptakan setelah berdiri masyarakat islam Aceh yang berfungsi sebagai dakwah dan hiburan. Seudati juga bernama Saman yang berasal kata dari bahasa Arab yang berarti delapan. Dinamakan saman karena para pemainnya terdiri dari delapan orang yaitu Syekh dan para pembantunya berpakaian seragam, yaitu celana pantalon hitam atau putih, baju kaos putih berlengan panjang, di kepala para penari memakai tangkulok.


Tari Rapai Geleng
Rapai adalah jenis tamborin yang biasanya dipakai untuk mengiringi sebuah lagu atau tarian. Permainan Rapai telah dikembangkan dan diiringi dengan lagu-lagu dan berbagai macam lenggak-lenggok yang indah. Ini merupakan dobrakan penampilan sebuah tarian baru yang disebut “Rapai Geleng”. Tarian ini dimainkan oleh 11 sampai 12 orang penari dan setiap mereka memainkan Rapai (tamborin kecil). Sambil bermain Rapai dan menyanyikan lagu, mereka melakukan berbagai gerakan tubuh yaitu tangan, kepala, dan lain-lain. Gerakan para penari hampir sama dengan tarian Saman tetapi menggunakan Rapai. Tarian ini juga sangat dinikmati dan menyenangkan.


Tari Meuseukat
Tarian Meuseukat adalah tarian yang sangat pupuler di Aceh yang berasal dari Kab. Aceh Selatan. Tarian ini dimainkan oleh 10 atau 12 penari dan 2 orang penyanyi. Khusus untuk wanita mengambil posisi dengan cara duduk/berlutut dalam satu barisan dan membuat gerakan tubuh dengan tangan dan kepala. Nyanyian yang berisi pujian atau doa yang dimulai dengan gerakan lambat sampai dengan gerakan cepat.


Tari Ranub Lampuan
Tari Ranub Lampuan sangat terkenal di Aceh. Tari ini biasanya dimainkan untuk menyambut tamu terhormat dan pejabat-pejabat yang berkunjung ke Aceh. Tari ini juga di tampilkan pada acara-acara khusus, seperti para acara Preh linto, Tueng Dara Baro. Tarian ini dimainkan oleh tujuh orang penari wanita dan diiringi dengan instrumen musik tradisional Seurunee Kalee. Penari ditangannya memegang Cerana atau Puan yang yang didalamnya berisi sirih (ranub) yang akan diberikan kepada tamu-tamu sebagai tanda kemuliaan bagi tamu-tamunya. Tari Ranub Lampuan gubahan dari Tarian Aceh.

Tari Likok Pulo
Tari Likok Pulo dewasa ini sudah menjadi salah satu tari wajib bagi murid sekolah dalam Kota Banda Aceh sebagai mata pelajaran kesenian muatan lokal. Karena pada akhir tahun l980an nasib tarian ini hampir punah dan kembali diperkenalkan pada PKA Pkan Kebudayaan AcehIII tahun l988 hingga sudah berkembang dan populer di kalangan masyarakat. Asal mula tarian ini berkembang di kawasan Pulo Besar Selatan dalam wilayah gugusan Pulo Aceh Kabupaten Aceh Besar, sekitar 30 mil dari dararatan Kota
    Banda Aceh. Maka tarian ini juga dengan sebutan Likok Pulo Aceh. Tarian ini sebagai media pengembangan dakwah Islam dimasa era kesultanan Aceh diciptakan oleh Ulama pendatang dari Arab yang menetap di desa Ulee Paya dibawakan oleh 12 orang penari pria sambil duduk rapat berlutut bahu membahu, dengan posisi sejajar. Di desa Ulee Paya dahulu dipertunjukan di tepi pantai atas pasir sebagai pentasnya dan hanya digelari sehelai tikar daun lontar atau pandan serta dibawakan pada malam hari sebagai hiburan rakyat sambil berdakwah. Biasanya tarian ini mulai dipertunjukan puluk 21.00 WIB sampai menjelang subuh. Gerak tari Likok Pulo komposisinya dimulai dengan gerakan salam anggukan kepala dan tangan yang diselangi gerakan pinggul. Ritme tarian saling membentang dan seling ke kiri dan ke kanan sambil melantunkan syair-syair pujian kepada Sang Khalik yang diiringi dengan musik Rapai dan vokalis nyanyian syair Aceh.



Itulah beberapa Seni Tari Tradisional dari Daerah Aceh, dan masih banyak tari tradisional aceh lainnya yang belum admin sampaikan, semoga tarian tradisional yang ada saat ini tidak lerlupakn, tetap lestari di bumi pertiwi ini.